Rabu, 20 Maret 2013

Rabu, 22 Agustus 2012

Kemajuan/Kemunduran Bandung Barat

Satu tujuan ketika bandung Barat berdiri yaitu mengembangkan potensi daerah.....pengembangan potensi daerah untuk Bandung Barat bisa dikembagkan dalam berbagai aspek, bisa dari sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Sekarang kita lihat apa yang telah maju di Bandung Barat ini, yang jelas saya hanya melihat kemajuan di Bandung Barat ini cenderung semu, yang bisa dirasakan oleh kalangan tertentu, kita lihat kemajuan pembangungan Kota Baru Parahyangan, siapa yang bisa mencicipi kue tersebut ??? tentu orang kaya dan juga penguasa serta pengusaha...Kemajuan bidang parawisata ??? siapa pula yang bisa mencicipinya kecualli yang BERDUIT, kemajuan bidang Usaha ??? di Bandung barat lebih banyak bermunculan waralaba-waralaba dibandingkan dengan usaha-usaha kecil dan merakyat, dibidang politik,.....malahan banyak gontok-gontokan. Pendidikan ??? apalagi yang bisa dibanggakan....siapa yang salah....KITA

Jumat, 10 Agustus 2012

HARMONISASI KERJA

Salah satu masalah yng sering dijumpai dalam dunia kerja adalah konflik antara pengusaha dan pekerja, masing- masing punya keinginan yang tidak bisa sejalan yang pada akhirnya berdampak pada hal-hal yang tidak baik, semisalnya demo buruh, padahal demo buruh ini tidak ada yang diuntungkan semuanya akan merugi dan bahkan akan membahayakan bagi peserta demo maupun bagi pengusaha? Nah sekarang timbul pertannyaan siapa yang bertanggung jawab ini ? Jaeabannya adalah semua pihak, pihak pengusaha sepertitertutupinformasi terhadap karyawannya, sehingga menimbulkan kecurigaan dalam diri pekerja, begitu juga pekerja merwsa didholimi oleh pengusaha, padahal pekerja juga harus tahu bahwa pengusaha  tidak pernah memakdakan pekerja untuk bekerja dipeusahaannya....atas dasar ini sudah sewajarnya ada komunikasi yang baik antara spengusaha dsn karyawan jangan pengen menang sendiri....dan yang paling penting peranan pemerintah harus dapat memposisikan sebagai penengsh...semoga

Kamis, 28 Juli 2011

LSM untuk Pemberdayaan Masyarakat

Jika ditilik dari namanya Lembaga Swadaya Masyarakat, maka salah satu aspek yang bisa digarap adalah bagaimana LSM ini bisa bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.Manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat bermacam ragam tergantung kemampuan LSM dan keinginan masyarakat serta keadaan lingkungan sekitarnya. Salah satu pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh LSM adalah mengikut sertakan masyarakat dalam mencicipi kemajuan yang ada dilingkungannya, misalnya jika lingkungan itu adalah lingkungan industri maka LSM bisa memberdayakan masayarakat menjadi penopang kemajuan industri dan kemajuan masyarakat serta kemajuan LSM itu sendiri. Salah satunya adalah menjadi SUb kontraktor pekerjaan yang biasa dilakukan di Industri. Kita tahu bahwa tidak semua masyarakat yang ada dilingkungan industri bisa masuk kerja kedalam lingkungan itu sendiri, karena industri juga mempunyai peraturan dan ketentuan usaha , sementara masyarakat disekitarnya tentu masih banyak yang tidak bisa memenuhi syarat sehingga banyak yang menjadi penganggur. Disinilah peran LSM, pihak LSM harus mempunyai orang yang berkompeten dalam penanganan masalah produksi atau yang berhbungan dengan industri, kemudian LSM bisa menjadi fasilitator dan sekaligus yang bertanggung jawab terhadap hubungan antara perusahaan dan industri, sehingga terjalin hubungan yang baik antara masyarakat yang nota bene pengangguran dan industri yang tentunya membutuhkan masyarakata namun memperhatikan nilai produktivitas dan kualitas. Disini LSM harus mengembangkan potensi sumber daya manusianya menjadi orang yang bisa dipercaya, bertanggungjawab, berdedikasi dan juga memiliki komitmen untuk kemajuan semua pihak

Jumat, 22 Juli 2011

Pemberdayaan Masayarakat melalui LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat seyogyanya terlahir dari kalangan masyarakat dan untuk berbagai kepenting masyarakat terutama dalam pemberdayaan masyarakat. Namun kadang kala LSM hanyalah sekelompok kecil masyarakat yang oleh berbagai kalangan dari LSM memiliki kepentingan pribadi dengan berkedok LSM. Namun walau demikian kehadiran LSM ditengah masyarakat yang sudah terlajur ada harus memiliki tanggung jawab secara moral pada masyarakat sekitarnya, sehingga kehadirannya bukan menjadi momok masyarakat namun menjadi panutan dan harapan masyarakat. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana hal ini bisa diimplementasikan sementara saat ini banyak LSM yang belum emmpunyai misi dan visi kesana. Perlu disadari terutama bagi LSM yang secara kehadirannya masih dijadikan momok masyarakat bahwa peluang untuk memajukan LSM dan sekaligus menguntungkan masyarakat amatlah banyak terutama dibandung barat, tinggal bagaimana personal di LSM tersebut mau melaksanakannya ??? mau tahu jalannya ...simak tulisan selanjutnya

Selasa, 18 Mei 2010

Industrialisasi Bandung Barat berwawasan Masyarakat

Bandung barat adalah salah satu kota yang mempunyai posisi yang sangat strategis untuk dikembangkan sebagai daerah industri. Namun kemajuan industri biasanya tidak sejalan dengan kemajuan masyarakatnya bahkan akan cenderung membuat masyarakat lebih susah, disinilah peran dari pemerintah untuk bisa menciptakan suatu industri yang berbasis masyarakat artinya bisa menguntungkan bagi pengusaha, masyarakat maupun pemerintah daerah bagaimana untuk merealisasikannya...bentar saya mikir dulu

Senin, 22 Juni 2009

Bandung Barat Kota ICT

ICT adalah salah satu sarana untuk bisa memajukan suatu daerah dengan pesat, dengan pemanfaatan ICT maka masyarakat akan didorong untuk senantiasa terbuka dan bisa memberikan masukan apapun, bahkan dengan ICT masyarakat dapat lebih pintar dari ilmu yang didapatkan di dunia pendidikannya. Naha sekarang kita lihat Bandung Barat boleh dibilang adalah daerah yang banyak menampung pendatang, dan pendatang ini banyak yang memiliki pendidikan tinggi dan mengenal apa itu ICT, bahkan Bnadung Barat mempunyai suatu kota yang dinamakan KOTA BARU PARAHYANGAN, seandainya kita berpikir bagaimana mengubungkan masyarakat bandung barat dengan jejaring yang lebih luas maka saya yakin Bandung Barat akan lebih maju dengan yang lain, Para ilmuwan Bandung Barat mari bersama kita bangun dan kembangkan ICT di daerah kita, RT/RW net VOIP murah dan apalah namanya, mari kita dorong pemerintah Bandung Barat untuk Care terhadap perkembangan ICT kalau mungkin setiap Desa sudah tersambung dengan saran dan prasarana ICT yang murah dan bermanfaat...let go...Bandung Barat as ICT Vilage

Minggu, 10 Mei 2009

Seandainya

Seandainya bandung barat punya konsep pemekaran tentu tidak akan seperti ini.....kantor masih berserakan ...masyarkat semakin terpuruk, lingkungan industri acak-acakan. Jadi buatlah konsepnya goooooo to ICT for Bandung Barat

Kamis, 07 Mei 2009

Tebakan untuk Bupati

Coba kita tebakan yu tentang Bandung Barat ???
Pak Bupati coba Pilih
1. Mening Rakyat Sehat mening Politik Kuat?
2. Mening Rakyat Sejahtera Mening Bupati bahagia??
3. Mening Jalan alus mening karir bapak mulus ???
Mangga diwaler ku Bapak

(Pak Bupati) Oh...jalanku

Jalan-jalan diBandung Barat betapa memprihatinkan , tidak ada satu jalanpun yang mulus, mungkinkah bupati dan anggota DPRD tidak punyai konsep penataan ??? atau hanya ngurus kekuasaan ?. Kawasan Industri yang bobrok dengan jalan yang seperti saluran air, jalan ke perumahan yang hancur yang sering menimbulkan kecelakaan, juga jalan kabupaten menuju batujajar yang semakin parah ...pikir-pikir meningan untuk politik dari pada ngurusin jalan ya....kan jalanmah tuk rakyat...kalau politik untuk...????Pikirin aja Bapak-bapak Ibu-ibu anggota Dewan juga Pak Bupatinya marilah mengabdi tuk Rakyat

Minggu, 15 Februari 2009

Hari pertama Tutorial di Haurgeulis

Minggu 15 Peb aku mulai punya tugas baru tutorial UT di Haurgeulis, berangkat dari rumah jam 4.30 dengan menggunakan motor karena berdasarkan informasi daerah itu susah kendaraan. Betul saja aku mengambil jalan melalui subang dan menemukan jalan yang sangat membuat aku stress. Sampai di Haurgeulis jam 7.00 langsung cari lokasi. Kesan pertama dalam memberikan tutorial disini yah...cukup lumayan pada kelas pertama banyak yang gak ....mungkin ini type calon-calon guru...jadi gimana pendidikan mau maju yaa....kalau dinilai kepintaran peserta didik yah...sama aja , jauh sih jika dibandingkan dengan mahasiswa UPI.

Minggu, 08 Februari 2009

Pendidikan Luar Sekolah

Banyak jenis pendidikan luar sekolah, khususnya yang berupa kursus-kursus, yang merupakan lahan kegiatan yang didominasi oleh perempuan. Sebagai contoh dapat disebutkan kursus-kursus menjahit dan memasak. Di luar itu juga terdapat kegiatan-kegiatan pelatihan di bidang-bidang khusus, seperti menenun dengan teknik dan penggunaan ragam-ragam hias tradisional, yang dipimpin oleh ibu-ibu. Kegiatan pelestarian seni dan teknik tradisi yang semula sangat 'domestik' itu kini banyak ditransformasikan menjadi kegiatan publik, di mana peserta pelajaran menenun itu, misalnya, adalah wanita-wanita muda dari manapun, tidak perlu harus anak atau sanak dari si ibu yang merupakan nara sumber.
Pendidikan luar sekolah dapat bersifat non-formal, dalam arti tidak menggunakan struktur persekolahan dan kurikulum yang ketat, meskipun suatu sasaran tertentu ada ditetapkan. Contohnya adalah Kejar Paket A dan Kejar Paket B, serta kursusu-kursus yang mempunyai bahan ajar yang disusun secara terencana. Pada akhir kegiatan yang demikian itu biasa diberikan tanda selesai mengikuti paket atau kursus yang bersangkutan.
Di samping itu dapat juga suatu kegiatan pendidikan "luar sekolah" bersifat informal, atau 'tidak resmi', yaitu yang sama sekali tidak diikat oleh kurikulum yang ketat dan para pelakunya pun cenderung bersifat sukarela. Modus seperti ini banyak terdapat dalam upaya-upaya penerusan ilmu, kemahiran, dan atau ketrampilan dalam hal yang secara kategorik dapat disebut ekspresi folklor dan atau pengetahuan tradisional (traditional knowledge). Dalam penerusan jenis-jenis pengetahuan tertentu peranan wanita dominan, misalnya dalam peracikan obat-obatan tradisional, dalam perawatan kesehatan dan kecantikan, serta dalam perawatan bayi.
Penyampaian pengetahuan modern mengenai kesehatan ibu dan anak pun biasanya dilakukan secara informal. Demikian juga mengenai tujuan-tujuan lain, seperti meningkatkan penghasilan keluarga, pencegahan penyakit secara umum, dll. Berbagai aktivitas dalam rangka organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) merupakan contoh dari pendidikan jenis ini.

Pendidikan Masyarakat lewat Media Massa
Suatu aspek pendidikan yang juga amat penting adalah pendidikan masyarakat lewat media massa. Hal-hal yang disampaikan melalui berbagai jenis media massa itu, yaitu media cetak, radio, dan televisi, seringkali pada pandangan pertama dilihat sebagai semata-mata informasi (khususnya berita) dan hiburan. Namun sebenarnya perlu disadari oleh semua pihak bahwa apapun yang disampaikan melalui media massa itu akan mempunyai efek 'mendidik'. Maksudnya "mendidik" adalah dapat mengubah pemikiran, pandangan, sikap, maupun pemihakan (terhadap atau mengenai sesuatu) pada diri para konsumen yang menerima pesan-pesan melalui media massa tersebut.

Dalam bidang 'pendidikan' melalui media massa ini pria dan wanita mempunyai peluang peran yang sama pada sisi pemancar dan pengelolanya. Namun pada sisi penerima, ibu-ibu yang mengasuh anak-anaknya di rumah mempunyai peluang lebih besar untuk memberikan panduan dalam menyerap informasi ataupun rangsangan yang disampaikan melalui media massa tersebut. Dalam hal ini ibu-ibu, atau siapapun yang berperan sebagai ibu di rumah, diharapkan dapat melatih anak-anaknya (atau warga rumahnya secara umum) agar pandai membedakan mana yang berguna dan mana yang merusak bagi suatu kehidupan manusiawi yang bermartabat. Tantangan yang harus dihadapi adalah bahwa sifat hiburan dari suatu siaran itu seringkali dapat dengan mudah menggusur nilai manfaat yang memuliakan manusia.

Senin, 02 Februari 2009

Pusat Home Industri

Seandainya Bupati Bandug Barat menginginkan masyarakatnya maju dalam perekonomian dan kesejahteraannya, maka yang terpikir dalam hati adalah bagaimana membangkitkan rakyatnya untuk bisa bekerja.....Apakah Bandung Barat mempunyai peluang kerja banyak ? diindustri apa ?? bidang apa ??? Satu jawaban yang perlu diresapi adalah belajar ke CINA....Negara cina adalah negara yang terkenal dengan konsephome industri, dan Badung barat dengan kemauan pemimpinnya bisa dijadikan sebagai centre of home industri di Jawa Barat. Pemerintah bermitra dengan perusahaan-persahaan besar dan mewajibkan untuk bisa bermitra dengan masyarkat dalam hal produksi dengan tentunya ada kontrol yang baik. Contoh Garmen...bisakah dijadikan konsep Home Industri ??? tentu bisa ....dengan konsep Just in Time sebuah perusahaan garmen dengan mitranya PEMDA mengajak masyarakat disekitarnya untuk terlibat dalam produksi di rumah tangga dengan ketentuan setiap hari atau terjadwal harus mengirimkan hasilnya ke pabrik hal ini akan mengurangi cost bagi perusahaan dan juga memberikan lapangan kerja bagi masyarakat disekitar. Industri lain bisa ???? pasti bisa, elektronik, bahkan obat-obatan aja bisa. Bagaimana daerah yang tidak ada industri malahan pertanian ??? di Bandung Barat banyak kebun singkong, kenapa tidak dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat industri pengolahan singkong dengan PEMDA sebagai inkubatornya. Kebun Jagung juga bisa dijadikan sebagai home industri dan bahkan sayuranpun bisa diolah dulu baru dipasarkan sehingga nilai jualnya bisa lebih meningkat. Moga Bandung barat semakin kreatif

Selasa, 20 Januari 2009

TIK untuk Pembelajaran

A. Pendahuluan

Negara Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun 90-an telah dilakukan berbagai macam ujii coba pendidikan berbasis TIK terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur pendidikan.

Menurut Mentri Pendidikan Bambang Sudibyo, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu, kemudian pemberian akses dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”

Lebih lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada pendidikan formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah terdapat program TIK. Saat ini, kata dia, telah diselenggarakan program kursus komputer yang pada akhir program memberikan sertifikasi bertaraf internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,” ujarnya.

Penerapan TIK, kata Bambang, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan menggunakan sarana televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan berbasis televisi dan TIK dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi lebih sempurna lagi,” katanya. (dalam pers depdiknas)

Kehadiran dan kecepatan Perkembangan teknclogi informasi (selanjutnya disebut TI) telah menyebabkan terjadinya proses Perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam memanfaatkannya. TI sekarang ini memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat global dari dan ke seluruh penjuru dunia sehingga Batas wilayah suatu negara menjadi tiada dan negara - negara di dunia terhubungkan menjadi satu kesatuan yang disebut global village atau desa dunia. Melalui Pemanfaatan TI, siapa saja dapat memperoleh layanan pendidikan dari institusi pendidikan mana saja. di mana saja, dan kapan saja dikehendaki. Secara khusus, Pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya dapat:

(a) meningkatkan kualitas pembelajaran,

(b) mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan dalarn kehidupannya nanti,

(c) memperluas akses terhadap pendidikan dan Pcmbelajaran,

(d) menjawab the technological imperative” (keharusan berparpartisipasi dalam TI).

(e) mengurangi biaya pendidikan.

(f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan.

Sistem pendidikan yang tidak memanfaatkan TI akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan kredibilitasnya. Namun, di sisi lain ada juga pendapat yang menyatakan bahwa situasi ini lebih disebabkan oleh adanya konspirasi yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan dunia pendidikan terhadap TI. Kedua pendapat itu tidak perlu diperdebatkan karena memiliki kesahihan tersendiri dan persepektif yang berbeda. Justru, yang seharusnya menjadi perhatian adalah bagaimana dampak TI terhadap sistem pendidikan, terutama sistem pembelajaran, serta hagaimana strtcgi Pemanfaatan TI dalam pembelajaran? Tentunya, untuk semua itu diperlukan langkah – langkah strategis agar dapat diperoleh basil yang optimal.

Pembelajaran merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang disebahkan oleh kehadiran TI yang sangat intrusif: Dengan segala atributnya, TI menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam sistem pembelajaran di kelas. Beragam kemungkinan ditawarkan oleh TI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Di antaranya ialah (1) “T’1 untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengajar, (2) TI sebagai sumber bclajar dalam pembelajaran, (3) TI sebagai alat bantu interaksi pembelajaran. dan (4 ) TI sebagai wadah pembelajaran, tennasuk juga perubahan paradigma pembelajaran yang diakibatkan oleh pemanfatan TI dalam pembelajaran.

B. Teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.

Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.

Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.

C. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran

Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan


Berpusat pada guru


Berpusat pada siswa

Aktivitas kelas


Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis


Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif

Peran guru


Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli


Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli

Penekanan pengajaran


Mengingat fakta-fakta


Hubungan antara informasi dan temuan

Konsep pengetahuan


Akumujlasi fakta secara kuantitas


Transformasi fakta-fakta

Penampilan keberhasilan


Penilaian acuan norma


Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan

Penilaian


Soal-soal pilihan berganda


Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan

Penggunaan teknologi


Latihan dan praktek


Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi

D. Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.

Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

E. Peran guru

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

F. Teknologi informasi dan penerapannya dalam bidang pendidikan

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah mengubah paradigma manusia dan telah menyebar dalam setiap aspek kehidupannya, serta memberikan dampak yang positif maupun negatif . Hal ini telah menyebabkan munculnya paradigma baru, yaitu paradigma ‘`e” yang berarti ‘electronic Paradigma ini mulai melekat dalam seluruh aspek kehidupan kita dan teknologi ini akan merubah jalan hidup manusia. Dengan munculnya paradigma “e”, akan memicu kita untuk better (multimedia standard), faster (data communication process), accessbility (internet reaches any point), available web-based & collaborative software.

Pengaruh penggunaan TI telah masuk dalam dunia pendidikan, dan telah membawa dampak positip yang besar dalam sistem pendidikan di Indonesia, serta menciptakan suatu paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara khusus TI mempunyai kemampuan dan kontribusi yang sangat besar dalam merubah learning and teaching process, clan budaya belajar. Perubaham paradigma ini, lebih mengarah pada terciptanya budaya learning how lo learn,dan budaya long live learning yang tidak tergantung tempat dan waktu.

Keunggulan TI yang diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja, yang ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya belajar khususnya dalam Proses Relajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanyak lembaga pendidikan (berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan bantuan TI. pendidikan seperti ini dinamakan sebagal e-Education, e-Learning, e-Campusi, e-dgital, Tele-Educaton, Cyber-Campus, Virtual Universiy, dll. yang juga dilengkapi dengan dgiital librarv atau virtual-library termasuk didalamnya ebook.

Narnpaknya model pendidikan e-duction ini, akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa mendatang. Pada dekade berikutnya perubahan besar yang terjadi adalah penggunaan teknologi dan delivery system. Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk dapat menjawab tantangan perkembangan TI, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line, real time, dan online, yang bersifat non nteractive,, semi interactive. atau ,fulllv interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan pada learning and teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk e-Iearning dan e-tcarhing dan implementasinya memerlukan suatu software. yang memiliki fasilitas learning space. Pembelajaran yang menyenangkan disebut edutainment, perpaduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Sebuah proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang interaktif yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami, rnencoba, merasakan, dan menemukan sendiri. Dave Meier (2000) dalam Khoiruddin Bashori menyatakan, sudah saatnya pembelajaran pola lama diganti dengan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory. Visual, dan Intellectual). Somatic didefinisikan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mcnggambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning bv problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Keempat pendekatan belajar tersebut diintegrasikan sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Kelas, dengan pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena bermain yang menyenangkan bagi anak. Pclajaran dikenalkan dalam suasana bermain dan bereksperimen. Suasana kelas yang menggairahkan sangat bermanfaat tidak saja bagi peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi Juga menurunkan stress, meningkatkan ketrampilan interpersonal, dan kreativitas siswa.

Di masa depan, proses belajar akan semakin mandiri; diarahkan sendiri dan dipenuhi sendiri. Ini herarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi, bereksperimen dan mengajari dirinva sendiri. Model pendidikan tradisional yang serius dan over-regulasi perlu diganti dengan belajar mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern. Dengan model ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat berkembang subur. Setiap individu mcmi!iki gaya belajar dan gava bekerja yang unik, maka sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang lebih mudah belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian lain secara auditorial; suka mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa atau mcnggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada teks tercetak; membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif; berinteraksi dengan orang lain. (Dryden &Vos, 2001 dalam Khoiruddin Bashori).

G. Optimalisasi Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran

Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkanya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam pembelajaram secara optimal, diperlukan hal - hal berikut:

(1) Visi Pembelajaran - yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya: karakteristik, proses dan paradigmanya - di masa mendatang. TI mcmbawa peruhahan dalam berbagai aspek pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah pembelajaran tetap berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah yang berfokus pada siswa atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran dipersepsikan memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi pembelajaran yang memamfaatkan TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan dengan optimal.

(2) Realokasi sumber daya - hal ini sangat penting karena dari waktu ke waktu penerimaan setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat. Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki initial cost yang sangat timggi, diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk mereloalokasikan sumber daya sesuai denganprioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.

3). Strategi implementasi - Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat bertahap, maka strategi implementasi pun perlu dilakukan secara bertahap dan sistematik. Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang dilakukan tidak terlalu besar sehingga dapat memutarbalikkan tradisi pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan gambaran tentang keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan pemanfaatan TI yang kemudian dapat dimamfaatkan kepada kasus-kasus lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TI (misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)

(4) Infrastruktur - sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaaran TI dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat bergantung pada kehadiran perangkat keras pendukung, perangkat lunak, jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung. Jika salah satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.

(5) Akses siswa kepada TI - walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan menjadi beban semata. Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang dapat diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet rental.

(6) Kesiapan tenaga pengajar - pembelajaran merupakan proses untuk knowledge prodtion knowleg transmission, dan knowledge application. Sementara itu, TI adalah alat yang dapat mempermudah dan mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak menjadikan TI sebagai pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap penyadaran, sampai tahap adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara, seperli pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan internet, keterarnpilan merancang pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem pembelajaran secara umum. Institusi pendidikan perlu melakukan penataan tentang penghargaan bagi tenaga pengajar yang telah mulai berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk motivasi ekstemal.

(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu - Inisiasi pembelajaran berbasis TI perlu disikapi sebagai proyek pengembangan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual maupun operasional merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak dapat dihindarkan , kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness dan cost efficiency) menjadi mata rantai akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.

( 8) Kolaborasi dan konsorsiurn - pembelajaran berbasis TI tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian merupakan landasan dasar dari keberhasilan pembelajaran berbasis TI. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1, melaksanakannya, serta mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian meningkatkan kualitasnya. Kedelapan strategi tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak sedikit. Apakah kita mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut Machiavelli dalam bukunya The Prince: “There is nothing more difficu/t to plan, more doubful of success, nor more dangerous to manage than the creation of a new order of things”. Jika memang kita perlu berubah , maka kita dapat melakukanyya.

Daftar Pustaka

Garrardus Polia 2O01. Penerpan e-Education diperguruan tinggi Tantangan Perkembangan Tehnologi Informasi . Makalah seminar Nasional Matematika XI di Universitas Negeri Malang.

Khoiruddin Bashori. 2001 Kelas Bukan “Kuburan”. Majalah Gerbang: Majalah

Surya Muhammad. Prof.Dr. H. Potensi Tehnologi dan komunikasi dalam peningkataan mutu pembelajaran di kelas. Pustekkom Depdiknas, 2006

TIK untuk Pembelajaran

A. Pendahuluan

Negara Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun 90-an telah dilakukan berbagai macam ujii coba pendidikan berbasis TIK terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur pendidikan.

Menurut Mentri Pendidikan, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu, kemudian pemberian akses dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”

Lebih lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada pendidikan formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah terdapat program TIK. Saat ini, kata dia, telah diselenggarakan program kursus komputer yang pada akhir program memberikan sertifikasi bertaraf internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,” ujarnya.

Penerapan TIK, kata Bambang, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan menggunakan sarana televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan berbasis televisi dan TIK dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi lebih sempurna lagi,” katanya. (dalam pers depdiknas)

Kehadiran dan kecepatan Perkembangan teknclogi informasi (selanjutnya disebut TI) telah menyebabkan terjadinya proses Perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam memanfaatkannya. TI sekarang ini memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat global dari dan ke seluruh penjuru dunia sehingga Batas wilayah suatu negara menjadi tiada dan negara - negara di dunia terhubungkan menjadi satu kesatuan yang disebut global village atau desa dunia. Melalui Pemanfaatan TI, siapa saja dapat memperoleh layanan pendidikan dari institusi pendidikan mana saja. di mana saja, dan kapan saja dikehendaki. Secara khusus, Pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya dapat:

(a) meningkatkan kualitas pembelajaran,

(b) mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan dalarn kehidupannya nanti,

(c) memperluas akses terhadap pendidikan dan Pcmbelajaran,

(d) menjawab the technological imperative” (keharusan berparpartisipasi dalam TI).

(e) mengurangi biaya pendidikan.

(f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan.

Sistem pendidikan yang tidak memanfaatkan TI akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan kredibilitasnya. Namun, di sisi lain ada juga pendapat yang menyatakan bahwa situasi ini lebih disebabkan oleh adanya konspirasi yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan dunia pendidikan terhadap TI. Kedua pendapat itu tidak perlu diperdebatkan karena memiliki kesahihan tersendiri dan persepektif yang berbeda. Justru, yang seharusnya menjadi perhatian adalah bagaimana dampak TI terhadap sistem pendidikan, terutama sistem pembelajaran, serta hagaimana strtcgi Pemanfaatan TI dalam pembelajaran? Tentunya, untuk semua itu diperlukan langkah – langkah strategis agar dapat diperoleh basil yang optimal.

Pembelajaran merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang disebahkan oleh kehadiran TI yang sangat intrusif: Dengan segala atributnya, TI menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam sistem pembelajaran di kelas. Beragam kemungkinan ditawarkan oleh TI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Di antaranya ialah (1) “T’1 untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengajar, (2) TI sebagai sumber bclajar dalam pembelajaran, (3) TI sebagai alat bantu interaksi pembelajaran. dan (4 ) TI sebagai wadah pembelajaran, tennasuk juga perubahan paradigma pembelajaran yang diakibatkan oleh pemanfatan TI dalam pembelajaran.

B. Teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.

Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.

Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.

C. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran

Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan


Berpusat pada guru


Berpusat pada siswa

Aktivitas kelas


Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis


Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif

Peran guru


Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli


Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli

Penekanan pengajaran


Mengingat fakta-fakta


Hubungan antara informasi dan temuan

Konsep pengetahuan


Akumujlasi fakta secara kuantitas


Transformasi fakta-fakta

Penampilan keberhasilan


Penilaian acuan norma


Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan

Penilaian


Soal-soal pilihan berganda


Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan

Penggunaan teknologi


Latihan dan praktek


Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi

D. Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.

Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

E. Peran guru

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

F. Teknologi informasi dan penerapannya dalam bidang pendidikan

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah mengubah paradigma manusia dan telah menyebar dalam setiap aspek kehidupannya, serta memberikan dampak yang positif maupun negatif . Hal ini telah menyebabkan munculnya paradigma baru, yaitu paradigma ‘`e” yang berarti ‘electronic Paradigma ini mulai melekat dalam seluruh aspek kehidupan kita dan teknologi ini akan merubah jalan hidup manusia. Dengan munculnya paradigma “e”, akan memicu kita untuk better (multimedia standard), faster (data communication process), accessbility (internet reaches any point), available web-based & collaborative software.

Pengaruh penggunaan TI telah masuk dalam dunia pendidikan, dan telah membawa dampak positip yang besar dalam sistem pendidikan di Indonesia, serta menciptakan suatu paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara khusus TI mempunyai kemampuan dan kontribusi yang sangat besar dalam merubah learning and teaching process, clan budaya belajar. Perubaham paradigma ini, lebih mengarah pada terciptanya budaya learning how lo learn,dan budaya long live learning yang tidak tergantung tempat dan waktu.

Keunggulan TI yang diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja, yang ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya belajar khususnya dalam Proses Relajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanyak lembaga pendidikan (berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan bantuan TI. pendidikan seperti ini dinamakan sebagal e-Education, e-Learning, e-Campusi, e-dgital, Tele-Educaton, Cyber-Campus, Virtual Universiy, dll. yang juga dilengkapi dengan dgiital librarv atau virtual-library termasuk didalamnya ebook.

Narnpaknya model pendidikan e-duction ini, akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa mendatang. Pada dekade berikutnya perubahan besar yang terjadi adalah penggunaan teknologi dan delivery system. Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk dapat menjawab tantangan perkembangan TI, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line, real time, dan online, yang bersifat non nteractive,, semi interactive. atau ,fulllv interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan pada learning and teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk e-Iearning dan e-tcarhing dan implementasinya memerlukan suatu software. yang memiliki fasilitas learning space. Pembelajaran yang menyenangkan disebut edutainment, perpaduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Sebuah proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang interaktif yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami, rnencoba, merasakan, dan menemukan sendiri. Dave Meier (2000) dalam Khoiruddin Bashori menyatakan, sudah saatnya pembelajaran pola lama diganti dengan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory. Visual, dan Intellectual). Somatic didefinisikan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mcnggambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning bv problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Keempat pendekatan belajar tersebut diintegrasikan sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Kelas, dengan pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena bermain yang menyenangkan bagi anak. Pclajaran dikenalkan dalam suasana bermain dan bereksperimen. Suasana kelas yang menggairahkan sangat bermanfaat tidak saja bagi peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi Juga menurunkan stress, meningkatkan ketrampilan interpersonal, dan kreativitas siswa.

Di masa depan, proses belajar akan semakin mandiri; diarahkan sendiri dan dipenuhi sendiri. Ini herarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi, bereksperimen dan mengajari dirinva sendiri. Model pendidikan tradisional yang serius dan over-regulasi perlu diganti dengan belajar mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern. Dengan model ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat berkembang subur. Setiap individu mcmi!iki gaya belajar dan gava bekerja yang unik, maka sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang lebih mudah belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian lain secara auditorial; suka mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa atau mcnggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada teks tercetak; membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif; berinteraksi dengan orang lain. (Dryden &Vos, 2001 dalam Khoiruddin Bashori).

G. Optimalisasi Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran

Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkanya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam pembelajaram secara optimal, diperlukan hal - hal berikut:

(1) Visi Pembelajaran - yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya: karakteristik, proses dan paradigmanya - di masa mendatang. TI mcmbawa peruhahan dalam berbagai aspek pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah pembelajaran tetap berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah yang berfokus pada siswa atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran dipersepsikan memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi pembelajaran yang memamfaatkan TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan dengan optimal.

(2) Realokasi sumber daya - hal ini sangat penting karena dari waktu ke waktu penerimaan setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat. Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki initial cost yang sangat timggi, diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk mereloalokasikan sumber daya sesuai denganprioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.

3). Strategi implementasi - Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat bertahap, maka strategi implementasi pun perlu dilakukan secara bertahap dan sistematik. Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang dilakukan tidak terlalu besar sehingga dapat memutarbalikkan tradisi pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan gambaran tentang keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan pemanfaatan TI yang kemudian dapat dimamfaatkan kepada kasus-kasus lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TI (misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)

(4) Infrastruktur - sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaaran TI dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat bergantung pada kehadiran perangkat keras pendukung, perangkat lunak, jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung. Jika salah satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.

(5) Akses siswa kepada TI - walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan menjadi beban semata. Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang dapat diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet rental.

(6) Kesiapan tenaga pengajar - pembelajaran merupakan proses untuk knowledge prodtion knowleg transmission, dan knowledge application. Sementara itu, TI adalah alat yang dapat mempermudah dan mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak menjadikan TI sebagai pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap penyadaran, sampai tahap adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara, seperli pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan internet, keterarnpilan merancang pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem pembelajaran secara umum. Institusi pendidikan perlu melakukan penataan tentang penghargaan bagi tenaga pengajar yang telah mulai berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk motivasi ekstemal.

(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu - Inisiasi pembelajaran berbasis TI perlu disikapi sebagai proyek pengembangan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual maupun operasional merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak dapat dihindarkan , kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness dan cost efficiency) menjadi mata rantai akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.

( 8) Kolaborasi dan konsorsiurn - pembelajaran berbasis TI tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian merupakan landasan dasar dari keberhasilan pembelajaran berbasis TI. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1, melaksanakannya, serta mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian meningkatkan kualitasnya. Kedelapan strategi tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak sedikit. Apakah kita mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut Machiavelli dalam bukunya The Prince: “There is nothing more difficu/t to plan, more doubful of success, nor more dangerous to manage than the creation of a new order of things”. Jika memang kita perlu berubah , maka kita dapat melakukanyya.

Daftar Pustaka

Garrardus Polia 2O01. Penerpan e-Education diperguruan tinggi Tantangan Perkembangan Tehnologi Informasi . Makalah seminar Nasional Matematika XI di Universitas Negeri Malang.

Khoiruddin Bashori. 2001 Kelas Bukan “Kuburan”. Majalah Gerbang: Majalah

Surya Muhammad. Prof.Dr. H. Potensi Tehnologi dan komunikasi dalam peningkataan mutu pembelajaran di kelas. Pustekkom Depdiknas, 2006

Minggu, 03 Agustus 2008

Kantor 4.2 M

Sungguh luar biasa saat ekonomi seret saat kabupaten baru berdiri dan belum ada

Rabu, 16 Juli 2008

SELAMAT PAK BUPATI

Selamat ..itulah yang terucap dari diriku dan juga banyak orang yang mungkin mengucapkan seperti itu. Selamat bekerja Pak Bupati Bandung Barat tugas dan pekerjaan bapak sungguh sangat berat di Bandung Barat yang kita Cintai ini dari mulai Pendidikan yang sungguh sangat menyedihkan hingga masalah lingkungan yang semakin Parah.
Tapi yang dilihat saat ini adalah mengenai pelantikan , kok biayanya nyampe ratusan juta begitu yah pak...saat ekonomi sangat sulit begini kok hanya untuk pelantikan menghabiskan biaya sebesar itu. Yah bisa kita katakan itu tidak pemborosan atau juga pemborosan tergantung dari mana kita memandang. Jika untuk pelantikan bisa menghabiskan begitu banyak uang nah berarti Kabupaten Bandung Barat harus siap untuk menganggarkan biaya pendidikan yang besar kenapa demikian ? Yah pendidikan merupakan satu-satunya yang bisa untuk mengubah suatu daerah menjadi maju dan bisa mengembangkan daerah tersebut. Kalau pemerintah pusat menganggarkan wwajib belajar 9 tahun Kabupaten Bandung Barat harus berani untu menganggarkan sampai 12 tahun...Nah sanggupkah ??? jangan untuk pejabat aja ya Pak...

Selasa, 15 Juli 2008

Kemacetan

Macet..itulah yang terjadi dan sering terjadi di wilayah Bandung Barat terutama didaerah Cimareme, dan kawasan industri ..dan apa solusinya ? sampai saat ini daerah itu selalu padat saat jam kerja dan pulang kerja yah paling pengguna jalan lain memanfaatkan lorong lain yang bisa dilalui. Saya yang setiap hari melalui itu kadang punya khayalan seandainya saja jalan tol yang membentang diatasnya kemudian dibuatkan akses keluar masuk ke kawasan industri mungkinkah kemacetan ini akan teratasi sehingga semua kendaraan yang akan ke kawasan industri melalui jalan tol tersebut . Tapi yang jadi soal adalah siapa yang bertanggung jawab dalam membangun dan operasional ? yah tentunya pemda setempat bekerja sama dengan Jasamarga menyelesaikan permasalahn ini kalu tidak pasti jalan ini akan selalu macet apa lagi sekarang kegiatan pemerintahan juga ada disekitar sini..Nah siapa yang bisa menyelesaikan...inilah PR Bapak Bupati dan rekan-rekannya.

Senin, 30 Juni 2008

Setelah PILKADA

PILKADA telah berlalu dan Bandung Barat mempunyai bupati bari yaitu Bpk. Abu Bakar, pertama ucapkan Selamat Menjalankan Tugas. Tapi....setelah ucapan itu apa yang akan dilakkan oleh bupati baru ? beli mobil baru ??? yah itu yang ada di Kantor DPRD Bandung Barat. Setiap jam 08.00 aku lewat kantor itu dan aku lihat kok gedung wakil rakyat kosong melulu ya ....emang pada lagi apa ??> kayak yang gak semangat kerja gitu...lho, yang ada tiga buah mobil baru keluaran KIA ...yah untuk apa yah ??? aku gak peduli yang jelas kenapa wakil rakyat pada males ??? selalu kelihatan lengang padahal kemajuan rakyat ini tergantung pada kesigapan dan kesiapan wakil rakyat dalam bekerja...Bangun dong pak ...jangan rame waktu PEMILU aja. Eh yang anehnya lagi aku lewat beberapa kantor dibandung Barat jugamasih kosong ???jam berapa waktu kerjanya ya ??? aku masuk ke salah satu kantor jam 08.30 eh pada belom dateng...Pak BUPATI gimana nih stafnya kayak begini bagaimana nilai produktifitasnya ??? jangan-jangan bapak juga mau ngantor jam 09.00 ?? aduh jangan dong pak !!! Bangun Bandung Barat bangun....abdi rakyat kita digaji oleh negara dari uang rakyat......Jadikan bandung Barat contoh...Jam 07.00 sudah ada di kantor agar rakyat semangat. Liat tuh pegawai pabrik pada sibuk dari Subuh...paling telat jam 8 dah ngantor, pulang malem produktoifitas dituntut 125 % sekarang bagaimana dengan abdi-abdi rakyat...???mau dikemanakan bandung Barat ini ??? Pak Bupati yuk ...akh...kita bangunkan stafnya yang lagi tidur pulesss....

Minggu, 27 Januari 2008

Pilkada

Pilkada sudang diambang pintu, politisi siap-siap untuk mencari peluang....entah peluang jabatan, kerjaan yang jelas peluang untuk mencari uang tentunya. Poster, Baner sudah dipampang walau tanpa ijin untuk mensosialisasikan nama dan calon Bupati Bandung Barat. Janji...selogan mengiringi baner yang mereka pasang, bahkan ajakan untuk memajukan Bandung Baratpun mulia muncul. Tapi, benarkah itu dilakukan demi kemajuan Bandung Barat ? Pemimpin yang akan bertarung mungkin belum tahu apa yang akan digarap di Bandung Barat, yang terpampang dalam benaknya adalah bagaimana mendapat jabatan dan bagai mana mencari penghasilan. Tengoklah masyarakat bawah kenalkah mereka kepada calon-calon yang mencalonkan dan yang dicalonkan, pernahkah calon-calon tersebut membuat bakti pada pemilih ? Saatnya tiba maka banyak hal yang dilakukan para calon tidak pada tempatnya, aplagi dibarengi dengan kampanye yang terselubung, tapi siapa yang berani untuk menegur merea, apa aturan yang melarangnya, siapa yang bisa untuk menghalanginya, semuanya sudah terkubur oleh tumpukan materi sehingga mematikan harga diri. Semoga Bandung barat tidak terkubur oleh pejabat-pejabat yang hanya mementingkan diri, berkorupsi dan berkolusi, lihat kebawah bergerak kebawah dan majukanlah yang dibawah itulah tanggung jawab Bupati Bandung Barat pertama.

Kamis, 17 Januari 2008

Transfortasi

Macet.....itulah gambaran kota besar, tapi kata itu pulalah yang terjadi di Bandung Barat, walau kabupaten "terpinggir" alias agak kampung, coba tengok di persimpangan Padalarang dan persimpangan Cimareme. Hari-hari pasti dihiasi oleh yang namanya macet. Kenapa yah macet ini mesti terjadi didaerah itu....padahal harusnya pemerintah sudah mengantisifasi sebelum hal tersebut macet, apalagi kalau dilihat dari perkembangan daerah rasanya gak perlu macet, karena daerah tersebut masih sedikit mobilitasnya, yang perlu dibenahi adalah bagaimana mental pengguna jalan dan pengatur lalu lintas apakah semuanya menginginkan kemacetan itu jadi santapan atau mau beres.....yah sebelum terlanjut bangkitlah Bandung Barat ku, hilangkan macet disiplinkan Manusianya, jauhkan korupsi.......dan jangan ada di Bandung Barat ini mantan pejabat masuk penjara....he...he.......

Rabu, 16 Januari 2008

DPRD ...oh......Nasibmu

Tersenyum....itulah awal ketika membaca berita di Pikiran Rakyat yang mengatakan bahwa gedung yang disewa oleh Pemerintah Bandung Barat yang diperuntukan bagi Gedung DPRD di segel......sungguh ironis berita tersebut, sehari setelah itu muncul lagi berita bahwa ada keterlibatan salah seorang anggota tentang keterlambatan pembayaran sewa gedung tersebut. Terlepas dari ada dan tidaknya keterlibatan seorang "Anggota Dewan" ini memberikan indikasi kesiapan "calon-calon penguasa" dan masyarakat Bandung Barat untuk berdiri sendiri memang tidak ada dan ada kesan dipaksakan. Ini juga memberikan indikasi adanya segelintir elit politik yang menginginkan posisi, yang tentunya akhirnya pada uang. Terus setelah kejadian ini apa lagi yang akan muncul di kabupaten Bandung Barat ini ? akankah aib-aib terkuak ataukah kesejahteraan rakyat semakin meningkat.......Cobalah tengok.....bagaimana respect masyarakat....cobalah tengong masyarakat bawah yang merangkak....cobalah tengong masyarakat yang kesulitan....cobalah tengok calon-calon pejabat yang berseliweran perang menantang jabatan-jabatan yang beterbangan.......